Jumat, 20 Mei 2011

Media Cetak vs Internet

Rumor tentang punahnya media cetak sempat mencuat pada tahun 2005, ketika Ruppert Murdoch, raja media dari Amerika Serikat, mengatakan bahwa suatu saat nanti media cetak akan habis dan digantikan oleh media online. Pemilik 21th Century Fox, Fox Television, dan New York Post ini juga sudah mulai masuk ke wilayah internet untuk menghadapi “ramalannya” sendiri. Namun apa yang terjadi, setahun kemudian justru media cetak tercatat makin berkibar. Menurut Luthfie yang membuat pernyataan di tahun 2007, pada tahun2006, sirkulasi koran di seluruh dunia meningkat, dan selama lima tahun terakhir naik. Peningkatan terjadi di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Selatan. Satu-satunya yang menunjukkan penurunan hanyalah Amerika Utara. Bahkan waktu itu justru media internet yang satu-persatu tumbang karena memang tak banyak yang berminat untuk memasang iklan di sana.

Di Indonesia kita tahu dulu ada astaga.com yang sempat merajai dunia internet, sempat pula mengalami masa kritis, meski akhirnya saat ini bisa tetap eksis. Pemasangan iklan baris gratis di media onlline pun akhirnya menyerah juga dengan kondisi waktu itu, bahkan hingga kini. Era tahun 2005 – 2007 sepertinya orang kembali membaca koran untuk mencari iklan baris, ketimbang membuka web khusus yang isinya iklan baris semua. Smartphone makin membuat eksis internet Keadaan menggeliatnya kembali media cetak seperti yang ditulis di atas rupanya tidak bertahan lama. Era tahun 2008 hingga saat ini, media cetak kembali menuai ancaman eksistensi. Kehadiran telepon genggam yang semakin canggih teknologi internetnya, mengguncang keberadaan media cetak secara keseluruhan. Setiap provider GSM dan beberapa provider non-GSM menyediakan jasa layanan internet dan blackberry. Terlebih lagi, kini banyak smartphone murah buatan Cina yang dapat terkoneksi dengan internet secara cepat. Harganya yang terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah dan kalangan remaja, menjadi faktor pendukung semakin meluasnya penggunaan internet di Indonesia. Kondisi sosial dan perubahan gaya hidup masyarakat menuju era digital menguatkan internet menjadi konsumsi teknologi yang tidak bisa lepas hingga kini.

Di dunia pendidikan, internet menjadi mata pelajaran sekolah dasar sehingga anak-anak akan menjadi bagian dari pengembangan teknologi infrastruktur di dalamnya. Bidang ekonomi, internet menjadi lahan prospektif untuk memperluas bisnis ke seluruh dunia, sehingga para pebisnis akan melengkapi kebutuhan mereka agar bisnisnya terus berjalan. Di bidang periklanan, internet bisa berguna sebagai sarana belajar untuk mengenal karakteristik iklan-iklan media di seluruh pelosok dunia sehingga periklanan di Indonesia akan semakin kreatif dan berkembang. Dengan adanya social media seperti facebook, twitter, blogging, game online dan mailing list, menyebabkan internet tidak saja sebagai konsumsi teknologi untuk gaya hidup (lifestyle). Secara psikologis, internet dapat menyebabkan ketergantungan/kecanduan bagi penggunanya. Hal ini terjadi karena si pengguna ingin mencapai motif tertentu serta mendapatkan kepuasan. Dalam teori uses and gratification, tingkat kepuasan seseorang memiliki korelasi dengan tingkat penggunaannya.

Pada intinya orang menggunakan komputer sebagai sarana komunikasi elektronik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan berikut: pembelajaran, hiburan, interaksi sosial, pelarian, melewatkan waktu, dan lepas dari kebiasaan. Maka dari itu internet yang sangat di minati di banding media cetak,karena internet lebih cepat ,praktis dan tanpa membuang waktu untuk mencarinya.

Daftar pustaka: http://www.woopidoo.com/biography/rupert-murdoch.htm

http://www.ebizzasia.com/0323-2005/column,bob,0323.html

http://nurul.wordpress.com/2007/03/25/profil-nukman-luthfie-teknik-nuklir-%E2%80%9883/

http://www.jonru.net/ini-dia-internet-marketing-menurut-pak-nukman-luthfie

http://www.jonru.net/internet-marketing-dan-omong-kosong-itu

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/21/03073044/tv.dan.internet.tak.akan.matikan.koran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar